Rabu, 12 Januari 2011

Kasih sayang ibu kucing

Beberapa waktu yang lalu, seekor kucing yang hampir tiap hari mampir ke rumahku sambil cari-cari sisa makanan diketahui telah beranak (melahirkan anak) di suatu tempat di dalam rumah (rumahku), tepatnya di dapur.

Aku tidak tahu berapa banyak anak yang dianakkan (dilahirkan), tapi menurut info yang diterima, lebih dari satu ekor. Kebetulan kucing itu beranak di tempat yang kurang strategis, tiap kali ambil makan-minum orang rumah pasti lewat tempat itu, jadi dalam hitungan jam, ketahuan deh anak si kucing. Karena tempat itu bukan ruang bersalin sangat mengganggu bila anak-anak kucing berada disitu, terlebih lagi si ibu kucing pasti akan sering menengok anaknya sehingga keamanan makanan di rumahku terganggu, maka dengan terpaksa ibuku memindahkan anak kucing ke luar rumah, di tempat yang lebih baik untuk si kucing membesarkan dan mendewasakan anaknya. Ini dilakukan di hadapan induk kucing supaya ia tidak kebingungan mencari anak-anaknya. Tapi si induk malah tidak memperhatikannya.

Sore hari ketika aku pulang sekolah, ketika hendak parkir motor, aku memperhatikan ada hal aneh pada si kucing(saat itu aku belum tahu). Si kucing terus mengeong-ngeong sambil mengikutiku masuk rumah. Setelah mendengar cerita dari ibu & adikku, aku baru tahu permasalahannya.

Entah kenapa si kucing masih mencari anak-anaknya di dalam dapur, padahal ia seharusnya tahu kalau anaknya di luar (agak jauh dari rumahku). Tapi,kenyataannya si kucing terus-terusan mengeong (memanggil anaknya mungkin) sambil menelusuri isi rumahku. Hal itu berlangsung sampai malam, ia masih saja mengeong di luar rumah, seraya mengitari rumahku mencari jalan masuk. Walaupun terdengar konyol tapi aku pernah berulangkali berkata padanya bahwa anaknya tidak dirumah lagi, tapi dia tetap menatapku dengan tatapan bingung sambil mengeong (mungkin maksudnya bertanya), lalu tetap melanjutkan ekspedisinya.

Karena sudah tidak bisa dinasehati, aku biarkan saja ia berkeliling rumah. Ternyata hal itu berlanjut sampai bebrapa hari (hingga kisah ini diturunkan, ia masih mengeong-ngeong, entah karena memanggil anaknya atau kebingungan).
Ya itulah kucing. Mereka tidak mempunyai akal, sehingga mereka hanya melakukannya berdasarkan naluri, yaitu naluri seorang ibu yang ingin melindungi anak-anaknya yang masih kecil, ingin merawat dan membesarkannya dengan kasih sayang, walaupun ia harus bekerja keras dan bahkan menghadapi makhluk yang jauh lebih kuat dan punya kecerdasan (manusia,red), ia tetap maju demi anak-anaknya.

Kucing yang tidak punya akal saja, bisa melakukan hal semacam itu, hanya dengan naluri,lalu bagaimana dengan manusia yang punya akal, punya naluri, dan berpredikat sebagai makhluk yang paling sempurna ?

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites